Cerita Tentang Kayu, Tanah, dan Gula dalam Tubuh

Pelajari bagaimana hubungan antara emosi dan pola hidup memengaruhi terjadinya diabetes menurut Teori Lima Unsur (Wu Xing). Penjelasan mudah dipahami tentang kaitan antara unsur Kayu dan Tanah dalam tubuh, serta bagaimana ambisi, stres, dan gaya hidup memicu gangguan gula darah.

RSH-24

7/14/20252 min baca

Bayangkan tubuh kita seperti sebuah kebun besar.
Di kebun ini ada dua tokoh penting: Si Kayu dan Si Tanah. Kayu gambaran meridian Liver Empedu dan Tanah gambaran Meridian Limpa Lambung.

Si Kayu punya sifat yang rajin, ambisius, selalu ingin tumbuh cepat, terus bergerak, terus ingin berkembang, tidak pernah mau berhenti. Dia selalu punya rencana baru. Selesai satu pekerjaan, langsung buat yang baru lagi. Pokoknya hidup baginya adalah tentang bergerak, bekerja, dan tumbuh.

Di sisi lain, ada Si Tanah. Tugasnya adalah memberi makan, merawat, dan menampung hasil kerja keras. Tanah ini ibarat dapur yang menyiapkan makanan, menampung hasil panen, dan memastikan semua orang di kebun tetap kuat dan sehat. Tapi Si Tanah ini butuh waktu. Ia butuh istirahat. Ia butuh kehangatan. Ia butuh momen untuk mencerna semua hal yang datang.

Nah, masalah muncul ketika Si Kayu terlalu memaksa Tanah bekerja terus-menerus. Si Kayu ingin hasil cepat, ingin target baru, ingin terus maju tanpa henti. Akibatnya, Tanah mulai lelah, mulai rapuh, mulai kehilangan kekuatan. Ia tidak lagi mampu menampung hasil panen dengan baik. Makanan yang seharusnya masuk ke dalam sel-sel tubuh justru tercecer di luar. Inilah yang kita kenal sebagai gula darah tinggi atau diabetes. Gula (energi) sudah ada, tapi tubuh tak bisa memanfaatkannya dengan baik.

Akibatnya apa?
Si pemilik kebun jadi mudah marah, cepat tersinggung, frustasi. Rasanya seperti sudah kerja keras, sudah berusaha, tapi hasilnya tidak pernah terasa cukup. Mau makan, susah masuk ke sel. Mau istirahat, pikiran sibuk lagi. Mau santai, hati gelisah lagi.

Ini sering terjadi pada orang yang:

  • Hidupnya penuh tekanan.

  • Tidak pernah merasa cukup.

  • Selalu mengejar sesuatu, tapi lupa menikmati apa yang sudah ada.

Dalam teori Wuxing, ini disebut Kayu menyerang Tanah. Kayu (hati, emosi, kemarahan, ambisi) terlalu kuat, sementara Tanah (lambung, pankreas, pencernaan) jadi lemah. Karena Tanah lemah, maka kerja tubuh jadi kacau. Lama kelamaan akan berkembang menjadi diabetes.

Diabetes sering muncul dari pola hidup seperti ini.
Bukan cuma soal makan gula, tapi soal bagaimana kita hidup:
Apakah kita terus memaksa diri mengejar, atau kita juga memberi waktu untuk menikmati, bersyukur, dan memulihkan diri?

Kalau kita terus jadi "Kayu" yang memaksa, tanpa memberi waktu "Tanah" untuk bernapas, maka tubuh pun akan lelah. Gula tidak masuk sel. Energi tidak sampai. Hasil kerja keras tidak terasa. Yang muncul cuma lelah dan marah. Banyak keinginan tanpa modal dan dukungan yang cukup lama kelamaan melemahkan Limpa menjadi gangguan gula darah.

Sumber: The Clinical Practice of Chinese Medicine by Lonny Jarrett