Saat Hati Tidak Lagi Mampu Menahan Diri
Pelajari bagaimana emosi terpendam, khususnya kemarahan, bisa memengaruhi kesehatan tubuh melalui gangguan liver (hati) dan sistem pencernaan menurut sudut pandang pengobatan holistik.
RSH-24
7/15/20251 min baca


Bayangkan ada seseorang yang selalu memendam perasaannya.
Setiap hari, dia berkata,
“Ya, gak apa-apa kok…”
Padahal dalam hatinya, ingin berkata,
“Tidak! Aku tidak suka!”
Setiap kali dia menahan perasaan,
setiap kali dia memaksa dirinya menuruti orang lain,
sedikit demi sedikit rasa kesal dan marah itu disimpan…
disimpan… dan terus disimpan…
Seperti menelan kepahitan yang tak pernah benar-benar dicerna.
Kalau terlalu lama, tubuh kita akan mulai memberi tanda.
Perut terasa begah, dada sesak, tenggorokan seperti ada yang nyangkut.
Kadang orang bilang rasanya seperti ada biji plum yang tersangkut di tenggorokan.
Bukan penyakit fisik, tapi perasaan yang lama-lama menumpuk karena tak pernah diungkapkan.
Apa Hubungannya dengan Liver (Hati)?
Organ hati (Liver) dalam pengobatan Tiongkok berhubungan erat dengan aliran emosi kita, khususnya kemarahan.
Kalau kita memendam terlalu banyak, hati jadi tegang.
Aliran energi di tubuh jadi macet.
Hati ingin bergerak, ingin berkembang, tapi terbebani oleh rasa marah yang ditahan.
Macetnya aliran ini bisa terasa di mana saja:
Pergelangan kaki, lutut, pinggul pegal, kaku
Dada sesak, perut begah, tenggorokan seret
Bahkan sampai ke pelipis, rahang, kepala terasa berat.
Ini semua karena hati tak bisa bergerak bebas. Ibarat jalanan macet, yang seharusnya mengalir lancar jadi tersendat.
Kenapa Tanah Ikut Terpengaruh?
Dalam tubuh, Tanah (lambung, pencernaan) tugasnya memberi makan, menyerap, memproses.
Tapi kalau kita terlalu sering menahan emosi, pencernaan ikut melambat.
Makanan jadi berat di perut, pikiran jadi berat di kepala.
Apa yang seharusnya memberi nutrisi, malah jadi beban.
Lama-lama, tubuh pun makin berat, makin mudah lelah, bahkan berat badan bisa naik karena semua ini.
Kaitan Emosi, Tubuh, dan Hati:
Karena kita terus menahan, terus memendam,
lama-lama hati ingin meledak.
Kadang muncul mual, ingin muntah, bahkan naik asam lambung.
Ini karena qi hati naik ke atas.
Itu sebabnya ada istilah, “Kalau marah, kepala panas.”
Karena energi hati yang tak tersalurkan naik, menyembur seperti Geyser.